Lelah

KOTA ini membuat penghuninya menginginkan banyak hal.
Isinya gedung  menjulang, hasrat ingin menang, nyanyian malang, serta ketakutan pada “gagal”? Menjajal yang fana demi fana, hingga napas tersengal, dan hal-hal telah merubahmu seperti gagak.

Menjejak, kau mungkin butuh itu sewaktu-waktu. “Tak masuk akal semua itu,” katamu. Kau tak ingin mengulang masa lalu, masa-masa kau tergelincir diliputi sepi, getir seorang pemimpi. Tenggelam dalam kubangan kecewa, dari masa-masa lama. Hingga hilang rasa percaya pada semua.

Silih berganti, hari-hari berjalan cepat, tidak ada waktu rehat. Tidak ada waktu menyerap, alam yang sedang mendekap, membisikkan beberapa nasihat. Dan kau terus saja berjalan pergi yang kau anggap berlari. Berharap ada yang menunggumu di sana. Tempat yang tak kau tahu jarak waktu tempuhnya.

Harapan membuatmu terus melangkah tak kenal sudah. Bahagiakah itu di sana, atau hanya tipu daya? Tepat ketika pertanyaan itu sampai pada bunyi terakhirnya, hanya gemising nyaring sunyi yang tersisa.

Biarkan aku menenggak minuman ini sekali lagi. Merah merona, pada pipi kita, sebentar lagi nanar ini akan terlupa. Esok kita lanjut bergegas, bekerja.

Jakarta, 31 Desember 2020

One response to “Lelah”

  1. I can see the morning, the mornin is near!

    Liked by 1 person

Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started