Belakangan saya baru menyadari, setelah membaca buku #MemikirkanKata, bahwa penyebab mengapa saya selalu buntu dan tidak tau ujung esai yang saya tulis adalah karena, saya belum menjadi pembaca yang kritis. Selama ini saya hanya pembaca konsumtif. Yang hanya menelan mentah apa yang tertulis.
Lalu saya sadar, ini sama saja taklid buta. Bahwa membaca aktif dan aktif membaca itu adalah hal berbeda. Meski sudah lama saya dengar, namun belum bisa benar-benar mempraktikkannya. Sebab ternyata menjadi pembaca aktif itu ternyata susah juga. Ada effort lebih yang melibatkan kerja otak dan menjadi kritis.

Kritis adalah kelemahan saya sejak lama. Saya tidak dibesarkan dalam lingkungan yang memungkinkan saya menjadi kritis. Tapi anehnya, sangat kritis terhadap diri sendiri. Menghakimi diri sendiri adalah pekerjaan sehari-hari dalam hidup saya. Namun terhadap orang lain, saya tak terlalu berani. Dan malah bisa dibilang, otak saya tidak bekerja kalau disuruh mengkritisi orang atau sistem, secara verbal. Artikulatif saja tidak bisa.
Dari buku memikirkan kata, untuk menjadi pembaca yang kritis, maka belajarlah memahami konten (subjek) dan bentuk bacaan tersebut.
Ternyata ini juga terjadi di kehidupan nyata saya, tak sebatas di ruang menulis. Dalam keseharian, saya berkali-kali mengakui bahwa saya kurang artikulatif. Ketika berbicara, seperti tidak tahu endingnya kemana. Suatu kali pernah seorang teman mengungkapkan kelemahan ini pada saya. Katanya, saya kalau ngomong, mereka selalu bingung, karena penuturan saya layaknya koma. Mereka pikir akan selalu ada lanjutannya, eh ternyata saya sudah selesai bicara, dan tak ada lagi yang mau disampaikan. Akhirnya mereka bingung apa sebenarnya yang mau saya sampaikan?
Jadi begitulah, kelakuan saya itu ternyata disebabkan ketidakpahaman saya akan objek yang saya bicarakan, atau mungkin konteks, atau mungkin, kurang mengertinya saya dalam penyusunan struktur dalam penceritaan.
Singkatnya. I’m a bad story teller. Kesadaran ini begitu menguat ketika saya membaca wawancara Gabo, ia mengatakan, apabila kamu tak bisa menceritakan ulang suatu kejadian atau apa yang kamu baca, kamu adalah pencerita yang buruk. Padahal pekerjaan penulis sangat terkait dengan menjadi pencerita yang baik.
And also the reason why i rarely can connect with others when we are in conversation is… I’m pretty self-obsessed. Self-obsessed refers to the habit of being caught up in one’s own mind.
Leave a Reply